
Ancaman gempa yang mengakibatkan tsunami dimaksud bukan hanya karena pergerakan Sesar Palu-Koro saja, tetapi ada sesar lainnya.
Pada 2018, pergerakan Sesar Palu-Koro menghasilkan gempa bermagnitudo 7,4 lalu mengakibatkan tsunami dan likuefaksi yang kemudian meluluhlantakkan Kota Palu, Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.
"Ada kemungkinan juga dari Sesar Makassar Strait yang berada di bawah laut atau gempa megathrust di Utara Sulawesi," kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemprov Sulteng, Haris Kariming di Palu, dikutip dari ANTARA, Senin (9/9).
Untuk itu Haris mengimbau masyarakat agar tidak perlu khawatir apalagi takut dengan ancaman gempa disusul tsunami tersebut, sebab diprediksi tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
"Para ahli menyatakan bahwa potensi kejadian gempa besar dalam jangka puluhan tahun mendatang bersumber dari segmen lain, bukan dari segmen gempa yang sudah melepaskan akumulasi tegangan tektoniknya," ujarnya.
Ketidakpastian ini dapat diperkecil melalui riset untuk memahami kejadian sebelumnya dan juga mengantisipasi kejadian di masa depan. Apalagi kejadian gempa dan tsunami pada 2018 lalu telah mengubah peta sesar aktif 2017 sehingga diperlukan revisi peta seismic hazard.
"Selanjutnya diperlukan penelitian geologi gempa bumi secara mendalam untuk mengetahui aktivitas sesar-sesar aktif," kata Haris.
[Gambas:Video CNN] (Antara/osc)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2N2hT2d
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pemprov Sulteng Ingatkan Potensi Megathrust di Masa Depan"
Post a Comment