Sepanjang 2019, sebanyak delapan kasus warga diterkam buaya. Lima orang meninggal dunia, terakhir, dua warga Konawe Utara: Rugaya (48) dan Ema (40).
Jasad Rugaya ditemukan di bibir sungai dengan kaki kanannya raib didiga dimangsa buaya. Sedangkan Ema, tim evakuasi hanya bisa menemukan sebagian organ tubuhnya. Sebagian besar badannya diduga telah dimakan buaya.
"Perubahan fungsi sepanjang alur sungai seperti permukiman, pembuatan tambak dan lain-lain mempunyai risiko terjadinya konflik dengan buaya di sepanjang alur sungai," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sultra Sakrianto Djawie dalam pesan Whatsappnya kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (28/12).
Selain itu, adanya kemungkinan pakan atau makanan satwa itu sudah mulai berkurang akibat aktivitas manusia. Ia menyebut, buaya merupakan satwa karnivora yang makannya bersumber dari area sungai. misalnya, ikan atau satwa-satwa yang sering meminum air di area sungai seperti babi hutan, rusa, dan monyet.
"Satwa buaya jantan yang terusir dari kelompoknya pun bisa menjadi agresif," urainya.
Meski demikian, seluruh pandangannya ini perlu dilakukan kajian secara ilmiah. Sakrianto menilai perlu ada kajian mengenai dampak kerusakan lingkungan atau aktivitas manusia yang telah mengganggu ruang hidup buaya.
Rencananya, kata dia, Direktorat Konservasi dan Keanekaragaman Hayati, Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Ditjen KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kemen LHK) akan memprioritaskan program penanganan konflik satwa dengan manusia melalui sinergi dengan berbagai pihak. Salah satunya me-review penataan ruang di sepanjang alur sungai atau koridor satwa.
Sementara itu, Dosen Lingkungan Universitas Halu Oleo Kendari Nur Arafah menyebut penyebab buaya memakan manusia perlu ditarik lebih jauh penyebabnya. Ia menjelaskan, dalam sebuah ekosistem ada namanya rantai makanan.
Buaya, walaupun sebagai predator, dia punya rantai makanan tersendiri. Misal, ikan atau ayam hutan.
"Kalau bukan lagi memakan yang bukan makanannya maka ada proses lingkungan yang terganggu. Contohnya adalah Harimau Sumatera," jelas Nur Arafah saat dihubungi Minggu (29/12).
[Gambas:Video CNN]
Kemudian, sambungnya, soal kondisi lingkungan yang terganggu, termasuk pembukaan lahan di bantaran sungai akan berdampak pada kualitas sebuah ekosistem dan rantai makanan di sungai. Misalnya, pembukaan perkebunan akan berdampak pada kualitas dan kekeruhan air sungai.
"Bila sungai sudah keruh, maka menunjukan ada kerusakan lingkungan," kata dia.
Kabupaten Konawe Utara merupakan daerah yang paling banyak izin usaha pertambangan dan perkebunan di Sulawesi Tenggara. Data yang diperoleh CNNIndonesia.com dari Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Sultra, terdapat 81 izin usaha pertambangan di Konawe Utara berburu nikel, emas, kromit, dan batu kapur.
Selain itu, ada sekitar 20 izin perkebunan sawit empat diantaranya berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Lasolo, lokasi warga yang diterkam buaya. (pnd/ain)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2rChRF2
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Konflik Ruang Diduga Picu Buaya Terkam Manusia di Konawe"
Post a Comment