Wakil Sekretaris Jenderal PPP Achmad Baidowi mengatakan teriakan takbir tidak dapat dijadikan sebagai ukuran ketakwaan seseorang dalam beragama.
"Soal keimanan, soal mengukur ketakwaan seseorang, itu bukan di jalan begitu caranya," kata Baidowi kepada wartawan di kantor DPP PPP, Rabu (11/12).
Menurutnya, setiap individu dalam mengekspresikan ketakwaan memiliki cara yang berbeda-beda. Dia berharap intimidasi semacam itu tidak meluas di masyarakat.
Baidowi menyampaikan ormas seharusnya bisa melakukan tindakan pencegahan agar kejadian persekusi seperti itu tidak terulang lagi.
"Jadi kalau tidak teriak Allahu Akbar dianggap kafir, jadi harus ada pemahaman yang sama bahwa keberagaman, cara-cara orang mengekspresikan keagamaannya itu masing-masing berbeda," kata dia.
![]() |
Dalam video berdurasi 1 menit 2 detik itu, dua anggota Banser yang hendak mengawal Gus Muwafiq dipaksa meneriakkan takbir oleh seseorang di pinggir jalan.
"Lu takbir dulu sama gua, ya, bareng ya! Takbir! Takbir! Takbir! Allahu akbar! Lu Islam bukan?" kata pria tersebut.
Namun dua anggota Banser menolak meladeni pria tersebut dan menanyakan untuk apa dia meminta bertakbir.
"Kok buat apa? Kafir dong lu! Lu takbir dulu kalo Muslim," kata pria itu.
Kader Banser yang menolak paksaan itu berpendapat untuk menunjukkan bahwa dirinya menganut Islam cukup dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.
"Syahadat itu kalau buat yang dari bukan Islam. Lu enggak usah ngajarin gue, lu enggak bisa pulang lu, enak aja. Apa lu? Apa lu? Gue cegat lu di sana jawara semua. Anjing lu!" kata pria tersebut.
Pria itu sebelumnya meminta KTP anggota Banser dan mencaci maki dengan sebutan monyet. Namun akhirnya, dua anggota Banser itu tak menanggapi cacian dan memilih pergi.
Kasus ini telah dilaporkan ke pihak kepolisian. Proses penyelidikan pun tengah berjalan.
[Gambas:Video CNN] (mjo/pmg)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2YH0qzu
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "PPP Bela Banser: Mengukur Ketakwaan Bukan di Jalanan"
Post a Comment