Kedua pekerja itu mengaku diperintahkan oleh petugas dari PT Sarana Anugerah Perdana (SAP), selaku kontraktor pembangunan trotoar di Jakarta. Perusahaan ingin tak ada lagi akar pohon yang tersisa di sepanjang trotoar hingga Stasiun Cikini.
Nurdin Malik, 47 tahun, sudah menjalankan tugas perusahaan sejak enam hari lalu. Dia bekerja tepat di depan Gedung Kantor Kementerian Energi Sumber Daya Mineral yang berseberangan langsung dengan Stasiun Cikini.
Dia tampak kesulitan membersihkan trotoar dari akar pohon angsana. Nurdin menduga kesulitannya karena akar pohon telah berjalinan dengan batu dan tanah. Hal tersebut, menurut Nurdin, bisa terjadi lantaran usia pohon angsana yang ditebang terbilang tua.
"Saya disuruh bersihin akar. Kalau pohonnya itu kan sudah lama ditebang. Pemprov yang tebang. Bukan kami," kata Nurdin sambil sesekali menyeka cipratan tanah di wajah.
Ada banyak pohon besar yang ditebang demi pemugaran trotoar. Dari belasan pohon itu, ada sekitar delapan akar pohon yang belum dibersihkan di sepanjang trotoar dekat Stasiun Cikini. Jalanan yang semula rindang oleh pepohonan kini tampak gersang dan berdebu. Padahal saat itu waktu telah menunjukkan pukul 17.10 WIB sore.Sinar matahari mestinya sudah tak terlalu panas menyengat. Tapi, di kawasan yang pernah teduh ini, panas masih terasa seperti siang hari. Debu dan polusi pun kian jelas terlihat.
"Iya, memang jadi berdebu dan panas," ujar Nurdin.
Petugas membersihkan akar pohon yang tertanam di trotoar samping Stasiun Cikini, Jakarta Pusat. (CNN Indonesia/Tiara Sutari)
|
Aryanti (28) salah satu petugas apoteker, mengaku sangat terganggu sejak pohon angsana ditebang satu per satu.
"Saya enggak terlalu tahu ya jenis pohonnya apa. Tapi itu kan sudah lama dan gede banget. Kalau lagi jalan buat nyari makan siang atau pagi-pagi nyebrang dari stasiun mau ke tempat kerja, terasa teduh karena ada pohon. Sekarang malah gersang banget," kata Aryanti.
Kekecewaan Aryanti bertambah karena tak ada kejelasan apakah pohon yang ditebang akan diganti dengan pohon baru. "Kalau iya diganti juga pasti masih kecil. Tetap panas. Saya agak bingung apa pertimbangannya. Kenapa harus ditebang. Ini Jakarta makin gersang. Makin polusi," kata dia."Kalau karena mau musim hujan, karena takut pohon roboh kena warga. Harusnya antisipasi sejak lama. Tanam pohon sejak beberapa tahun kemudian saat pohon lama ditebang langsung diganti dengan pohon baru yang sudah lumayan besar, jadi enggak rugi ini warga," lanjutnya.
[Gambas:Video CNN]
Hal serupa juga dikeluhkan oleh Tedi (39), penjual martabak di area kaki lima Cikini. Teddy berdagang sore menuju malam. Dia tak banyak merasakan kerindangan pohon angsana di trotoar Cikini. Tapi pohon besar di area trotoar ini penuh kenangan tersendiri untuk Teddy.
"Saya udah sering liat, ada orang makan di bawah pohon, ada yang tidur, ada yang duduk, nangis, berantem sama pacarnya, macam-macam lah. Banyak kenangan," kata Tedi.
"10 tahun jualan di sini. Saya lihat pohon itu sudah seperti saya lihat tetangga sendiri. Bukan cuma bantu Cikini gak terlalu panas, tapi kenangan pohon itu banyak sekali," katanya.
30 Pohon Angsana Cikini Habis
Sugi (48) seorang mandor dari PT SAP yang ditugaskan mengawasi pekerjanya menyebut ada sekitar enam hingga delapan pohon tua yang usianya mencapai 60 hingga 70 tahun telah ditebang.
Pohon-pohon itu harus ditebang karena dinilai bisa roboh sewaktu-waktu tatkla hujan dan angin besar menerjang Jakarta. Kata Sugi, total pohon yang ditebang di sepanjang jalanan Cikini telah mencapai 30 pohon.Dia membantah penebangan ini merupakan salah satu kesepakatan dari pemugaran trotoar yang juga jadi tugas perusahaan tempat dia bekerja.
"Ndak. Ini kan karena sudah tua, itu di dalam (tanah) akarnya saja sudah rapuh. Bahaya kalau dibiarkan," kata dia.
Lagi pula pohon-pohon yang ditebang ini tetap akan diganti oleh pohon baru yang sudah disiapkan oleh pihak Pemprov.
"Diganti. Itu ada yang di ujung sana sudah ditanam lagi dengan pohon baru," kata Sugi. (tst/wis)
from CNN Indonesia https://ift.tt/36BWu6n
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penebangan Pohon Angsana dan Keteduhan yang Hilang di Cikini"
Post a Comment