Prabowo mengawali silaturahmi dengan bertemu Jokowi secara empat mata di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (11/10). Usai itu, secara maraton sejak Minggu (13/10), mantan Danjen Kopassus itu menemui Surya Paloh (NasDem), Muhaimin Iskandar (PKB), dan teranyar menemui Airlangga Hartarto (Golkar).
Meski tak secara terbuka mengungkap keinginan gabung dalam pemerintah, namun Prabowo mengirim sinyal siap bermitra dengan pemerintah. Isyarat itu diungap Prabowo saat mengatakan siap membantu Presiden Jokowi jika dibutuhkan.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari menilai langkah Prabowo sebagai bentuk yang alamiah. Pertama, menurut Qodari, bertujuan untuk mencairkan suasana di lingkaran koalisi Jokowi-Ma'ruf.
"Saya melihatnya sebagai tanda indikasi Pak Prabowo kulonuwun (permisi), mencairkan suasana sebagai preseden baik masuknya Gerindra ke pemerintahan," kata Qodari kepada CNNIndonesia.com, Selasa (15/10).
Kedua, Qodari melihat ada aroma Pilpres 2024 dalam sowan politik Prabowo kali ini. Bisa jadi, kata dia, sowan politik ini juga menjadi cicilan Prabowo untuk bisa menjalin komunikasi jangka panjang kepada partai penguasa pemerintah.
"Agar komunikasi lebih lancar dan silaturahim sudah dicicil dari sekarang," ujar dia.
![]() |
"Pertemuan dengan Surya Paloh misalnya, pembicaraan setelah pertemuan. Nada positif gesturnya hangat saya kira bisa berpeluang besar," jelas dia.
Gaya Santai SBYSementara itu, Langkah Prabowo dianggap jauh berbeda dengan pergerakan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut Qodari sebagai partai yang kerap 'abu-abu', Demokrat tidak bisa kemana-mana.
Lagi-lagi, kata Qodari, jalan panjang politik 2024 membuat Demokrat pasrah bergabung dengan partai pemerintah untuk saat ini.
"Ritme (Prabowo) enggak bisa sama dengan pak SBY. Demokrat udah enggak mungkin ke mana-mana. Kalaupun mau ke pemerintahan ada kepentingan demokrat dan AHY," kata Qodari.
Kendati begitu, tetap saja rute AHY akan lebih panjang ketimbang rute dari Gerindra. Qodari menyebut itu alasan kenapa Demokrat jauh lebih santai ketimbang Gerindra yang lebih fleksibel untuk mengunjungi kanan dan kiri.
"Walau bagaimanapun AHY punya partai dan masih muda dia juga ada popularitas juga bagus masuk ke pemerintahan agar bisa dievaluasi," ujar Qodari.
![]() |
Direktur Eksekutif Pusat Kajian Politik FISIP UI Aditya Perdana mengatakan apa yang dilakukan Prabowo sangat wajar. Sebagai 'orang baru', kata dia, Prabowo memang sudah seharusnya berkenalan dan meminta izin agar bisa bergabung dengan 'Geng Jokowi'.
"Mungkin saja itu pertimbangan yang muncul setelah pembicaraan dari Pak Jokowi dan Pak Prabowo," kata dia kepada CNNIndonesia.com.
Gerindra, kata Aditya, punya modal kuat yakni perolehan kursi terbanyak kedua di parlemen. Posisi ini, kata dia, akan jadi modal tawar Gerindra tentang kemampuan memuluskan proses kebijakan di tingkat legislatif.
"Memang sebalumnya sudah cukup aman, namun saat ini bisa akan lebih mulus lagi," ujar dia.
[Gambas:Video CNN]
Aditya tak menepis turut mencium ada ancang-ancang langkah 2024 dalam pertemuan Prabowo dengan sejumlah petinggi partai. Gerindra, kata Aditya, tentu butuh wadah mengaktualisasi diri untuk jalan panjang 2024. Salah satu tempat aktualisasi Gerindra yang paling strategis, kata Aditya, ialah dengan bergabung dengan pemerintahan.
Di sisi lain, Aditya menilai posisi SBY tak terlalu repot karena sudah karena lebih dulu sudah legowo menerima Jokowi sebagai pemenang di Pilpres 2019.
"Relatif menurut saya agak mudah karena ketika pak Jokowi menang kemarin yang paling cepat SBY dan AHY yang mengucapkan selamat karena kampanye demokrat sendiri enggak jelas mendukung atau tidak di pemerintahan," ujar dia.
"Yang jelas dari sisi keinginan politik bisa jadi ingin masuk ke dalam pemerintahan untuk lebih lagi," tutup dia.
(ctr/ain)from CNN Indonesia https://ift.tt/2OXr2cF
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Beda Gaya Berburu Restu Prabowo dan Langkah Santai SBY"
Post a Comment