Search

Mengungsi Bersama, Tanpa Diskriminasi di Gereja Kebon Pala

Jakarta, CNN Indonesia -- Begitu banyak anak-anak di halaman Gereja Santo Agustinus, di Kebon Pala, Kampung, Makasar, Jakarta Timur saat CNNIndonesia.com berkunjung pada Rabu siang (26/2). Di halaman depan, mereka bermain petak umpet. Sebagian lainnya bermain ayunan di taman gereja.

Di bagian belakang, Di halaman belakang, terpasang tenda cukup besar. Di dalamnya ada beberapa orang pengurus gereja sibuk memasak sajian makan malam.

Gereja Santo Agustinus merupakan posko pengungsian untuk warga Kampung Sawah, Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur yang terdampak banjir pada Selasa lalu (25/2).


Banjir di wilayah Kampung Sawah, Kelurahan Kebon Pala tergolong parah. Di titik tertentu, ketinggian air mencapai lebih dari 2 meter.

Walhasil, tidak sedikit warga yang mengungsi ke Gereja Santo Agustinus. Tercatat ada 647 pengungsi. Seluruhnya merupakan warga RW 10 Kampung Sawah, Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur.

Pihak gereja tidak menerapkan syarat macam-macam bagi warga yang ingin mengungsi. Terbuka bagi semua kalangan dan seluruh umat beragama.

Warga yang datang ke gereja hanya akan di data nama dan anggota keluarganya. Itu dilakukan guna menghitung jumlah pengungsi agar bantuan makanan dan kebutuhan pokok terdistribusi dengan baik.

"Ketika datang kemari, kami persilakan istirahat, kami tidak melihat KTP-nya, terserah mau agamanya apa, yang penting bisa selamat," ujar salah satu pengurus gereja, Suparlan.

Saat ditemui CNNIndonesia.com pada Rabu (26/2), Suparlan baru saja pulang dari pasar membeli kebutuhan makanan untuk para pengungsi. Tugasnya di posko banjir yakni sebagai tim logistik yang menyiapkan kebutuhan dapur dan kebutuhan pengungsi.

"Bolak-balik pasar untuk beli keperluan makanan dan pengungsi, ada anak balita, kita beli pampers (popok bayi), susu, semua kebutuhannya kita siapkan," katanya.

Pengungsi di Gereja Santo Agustinus diberikan ruang serbaguna yang luas untuk beristirahat Korban banjir yang mengungsi di Gereja Santo Agustinus, Jakarta Timur diberikan ruang serbaguna yang luas untuk beristirahat (CNN Indonesia/Melani Putri)
Suparlan ditemani Julius Iwan (49) sebagai tim logistik. Iwan juga pengurus gereja. Dia mengaku senang bisa membantu warga sekitar yang terdampak banjir.

"Semua di sini sukarela, kami tujuannya membantu, kalau niat baik selalu ada jalannya," katanya sambil menyiapkan gas elpiji 3 kg di dapur umum.

Koordinator dapur umum Gereja Santo Agustinus, Irenevanda juga mengaku senang bisa membantu warga yang harus meninggalkan rumahnya masing-masing akibat banjir. Dia bahkan mengaku selalu menyiapkan gereja sebagai posko ketika hujan turun.

"Pokoknya kalau hujan, langsung siap sedia untuk buka posko, beli makanan dan pasang tenda," ujarnya sambil menyiapkan sayur-sayur untuk makan malam.

Perihal pendanaan, Irene menjelaskan seluruh kebutuhan posko pengungsian menggunakan dana kas gereja.

"Semua pakai dana kas gereja, ada juga sumbangan dari luar, tapi gereja selalu menyisihkan setiap bulan," katanya.

Mengungsi Bersama, Tanpa Diskriminasi, di Gereja Kebon PalaPosko Banjir di Gereja Santo Agustinus, Kampung Makasar. (CNN Indonesia/Melani Putri)

Ratusan pengungsi ditempatkan di gedung serbaguna yang luas dan telah diberi alas karpet. Bantal dan selimut juga diberikan untuk warga yang mengungsi Gereja Santo Agustinus.

Selain itu, dokter dari puskesmas terdekat juga diminta untuk melayani pengungsi yang sakit. Mereka datang atas permintaan pihak gereja sejak warga mulai mengungsi.


[Gambas:Video CNN]
Karsiem (53) mengaku terbiasa bermalam di gereja itu ketika rumahnya terendam banjir. Ia merasa nyaman tinggal di posko sebab tersedia air bersih dan listrik.

"Sering ke sini kalau banjir, pengurus gerejanya tanggap, jadi memang sudah siap," katanya.

Mengungsi Bersama, Tanpa Diskriminasi di Gereja Kebon PalaSalah satu titik banjir di Kampung Makasar, Jakarta Timur. (ANTARA FOTO/ASPRILLA DWI ADHA)

Ia juga tidak pernah mengalami diskriminasi dari pengurus gereja meski beragama Islam. Menurut Karsiem, para pengurus gereja membantu masyarakat setempat dengan ikhlas tanpa memandang identitas.

"Enggak pernah ya dibeda-bedain, semuanya baik-baik," ujar Karsiem.

Winarti (74) juga berpendapat demikian. Di posko, ia yang sudah paruh baya selalu mendapat bantuan ketika banjir terjadi. Dia merasa nyaman mengungsi di Gereja Santo Agustinus.

"Selalu ya, mereka (pengurus gereja) selalu siap, kita baru sampai gereja, mereka sudah buka aula untuk kita," ujarnya.

(mln/bmw)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia | Berita Terkini Nasional https://ift.tt/396jgUT
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Mengungsi Bersama, Tanpa Diskriminasi di Gereja Kebon Pala"

Post a Comment

Powered by Blogger.