Search

Imanda dan Sederet Asa Pengasong Buku Pasar Kenari

Jakarta, CNN Indonesia -- Suasana lantai tiga Pasar Kenari, Salemba, Jakarta Pusat pada Senin (3/2) sore tampak lengang, nyaris hening. Pengunjung yang tak seberapa, membuat beberapa pedagang sibuk menata buku di rak-rak kayu yang masih bau pernis. Mereka merapikan buku berdasarkan kategori, atau tahun terbitan.

Aroma buku terumbar di antara rak-rak bertingkat. Wangi buku yang baru dicetak atau buku lama yang tiap lembarnya keriting. berdebu. Masih di antara rak itu, bebauan kopi dari kedai melanglang dari ujung koridor.

Di antara tumpukan buku di dalam kios berukuran 2 x 2 meter, tampak Imanda, salah satu pelapak di kios nomor 32. Beberapa buku berjejer rapi di rak kayu setinggi dua meter.


Imanda menjual buku baru dan bekas dengan banyak genre. Ada buku ringan anak-anak, novel chicklit, hingga buku buah karya filsuf macam Friedrich Engels dan Karl Marx.

Hari ini ia membuka lapak sejak jam 9 pagi dan akan tutup lapak pada jam 8 malam. Ia mengaku, meski bukan akhir pekan, beberapa bukunya tetap laku terjual.

"Hari ini ada belasan pembeli," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Senin (3/2).

Ia mengaku mulai berjualan buku sejak 1988 di Pasar Senen dan Kwitang. Sejak April 2019, ia memindahkan lapaknya di Pasar Kenari. Bedol bersama beberapa kawan sesama profesi.

Imanda dan Sederet Asa Pengasong Buku Pasar KenariSuasana kios buku di Pasar Kenari. (CNN Indonesia/Khaira Ummah Junaedi Putri)
Seperti diketahui, pada 29 April 2019, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan lantai tiga Pasar Kenari sebagai salah satu sentra belanja buku di Jakarta yang diberi nama 'Jakbook'. Anies membuat beberapa pedagang buku di Pasar Senen dan Kwitang mau tak mau memutuskan pindah akibat renovasi pasar.

"Tapi ada juga beberapa lapak kawan yang masih bertahan, masih jualan di Senen," tutur Imanda.

Imanda mengaku lebih menikmati berjualan di Pasar Kenari, karena tempat yang lebih nyaman, jauh dibanding Pasar Senen yang sempit dan panas. Ia menilai dengan perbaikan fasilitas, maka para calon pembeli lebih leluasa dalam memilih dan lebih menikmati waktu membaca.

Tak hanya sekadar menjual buku, ia turut mempersilakan beberapa pengunjung untuk melihat dan membaca sesuka hati. Walaupun ujungnya tak jadi membeli.

"Asal betah, kita gak bakalan ganggu," ujarnya.

Imanda mengaku salah satu motif dirinya menekuni profesi sebagai penjual buku adalah karena hobi dan kecintaan kepada literasi. Beberapa buku yang dijual merupakan sebagian koleksi yang telah ia baca.


"Kalau baca semuanya enggak mungkin, tapi kita namanya dagang harus tahu apa yang kita jual," ungkapnya.

Imanda mengaku hasil penjualan buku saat ini lebih kecil dari saat ia berjualan di Pasar Senen. Kendati demikian ia menyadari tidak ada yang instan, menurutnya menjadi penjual buku, tidak seperti berdagang barang lain yang mudah laku.

"Seorang penjual buku, harus punya waktu, waktu untuk punya pembeli," jelasnya.

Di kios tak jauh dari Imanda, tampak Imanda lain bersiap menutup lapaknya. Buku-buku anak dan buku paket pelajaran anak SD-SMA tampak mendominasi rak-rak di kiosnya.

"Iya itu Imanda dari Jawa, kalau saya Imanda Simanjuntak dari Medan," ujarnya sembari terkekeh.

Imanda Simanjuntak mengaku tak banyak berhasil menjual buku lapaknya. Hanya laku empat buku dengan genre buku anak-anak.

"Soalnya tadi buka telat, jam 12-an, kan hujan yak," ujarnya.

Sama seperti sebelumnya, Imanda Simanjuntak awalnya melapak di Pasar Senen sejak belasan tahun lalu. Hingga akhirnya ia mendaftarkan diri untuk pindah lapak ke Pasar Kenari April 2019 lalu.

Butuh promosi berkelanjutan

Imanda, baik yang dari Jawa dan Medan telah mendapatkan apa yang diinginkan: lapak buku yang nyaman baik untuk penjual dan pembeli.

Saat ini mereka hanya bisa berharap adanya promosi yang lebih gencar tentang wisata buku di tengah hiruk pikuk kota Jakarta. Selain banyak koleksi buku dengan segala macam genre, mereka mengaku menjual harga buku dengan miring, harga yang relatif lebih murah dari pada harga toko resmi pada umumnya.

"Bahkan saya kadang suruh langganan yang beli pamerin di sosmed kalau ada toko ginian sekarang di Pasar Kenari," ujar Imanda.

"Soalnya orang taunya ya Pasar Kenari pasar elektronik doang," lanjutnya.

Sementara itu, Dinda (24 tahun) menyempatkan berkunjung ke lantai tiga Pasar Kenari sepulang kerja. Karyawati di perusahaan di Jakarta pusat itu datang sendirian dengan niat melihat-lihat.

Meski bukan langganan buku di Pasar Senen dan Kwitang, ia mengaku beberapa kali membeli di kedua tempat itu dan menemukan buku langka yang ia cari. Ia mengaku sudah beberapa kali membeli buku di Pasar Kenari sejak toko buku tersebut sempat viral di media sosial Agustus 2019 lalu.

[Gambas:Video CNN]

Dinda gemar membaca buku tentang pewayangan dan juga sedang menggeluti buku feminisme macam buku dari penulis Prancis Simone de Beauvoir.

"Beberapa kali sih beli, emang harganya agak miring, terus lengkap, terus tempatnya cozy gitu, lagian sepi, jadi gue lebih nyaman," ungkapnya.

Ia mengaku mendapatkan harga lebih murah 10 ribu hingga 20 ribu daripada harga asli di toko buku nasional. Selain itu ia bisa mengantongi beberapa buku bekas yang relatif harganya turun banyak.

"Buku bekas, kadang lebih suka beli bekas," kata dia.

Selain Dinda, beberapa orang memilih membaca di pojok-pojok tempat yang disediakan, ada yang duduk di kursi, rumput sintetis dan juga sekalian nongkrong di kedai kopi.

Meski tak banyak pengunjung sore itu, beberapa pelapak buku mengaku waktu yang tepat berkunjung adalah akhir pekan di siang hari, karena beberapa pengunjung lintas usia tampak memadati Pasar Kenari. (khr/ain)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/3blVSo2
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Imanda dan Sederet Asa Pengasong Buku Pasar Kenari"

Post a Comment

Powered by Blogger.