Search

Dilema Buruh dan Ojol: Antara Asap Dapur dan Risiko Corona

Jakarta, CNN Indonesia -- Imbauan Presiden Joko Widodo soal bekerja, belajar, dan beribadah di rumah untuk pencegahan penularan virus corona (Covid-19) tak bisa diikuti oleh semua pekerja. Ada kalangan yang harus tetap bekerja di lapangan untuk menjaga agar dapur harus tetap mengepul meski risikonya tertular virus mematikan: corona atau covid-19.

Buruh dan pengemudi ojek online (ojol) adalah dua contoh pekerja yang tidak bisa bekerja di rumah. 

Ketua Pengurus Pusat  Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI) Nining Elitos mengatakan buruh pabrik masih bekerja seperti biasa di tengah kewaspadaan penularan virus corona. Tak mungkin membawa pekerjaan mereka di pabrik ke rumah masing-masing.


 Menurutnya, perlu ada kebijakan dari pemerintah untuk para buruh untuk sementara berhenti bekerja namun dengan tidak mengurangi hak upah dan hak cuti.
"Ketika ini menyangkut keselamatan hidup orang banyak, kenapa hanya para siswa, mahasiswa dan masyarakat diimbau agar bisa di rumah saja, tapi kaum buruh masih tetap beraktivitas," kata Nining saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (17/3).

Menurut Nining, kaum buruh juga menghadapi dilema terkait penyebaran virus corona. Di satu sisi, buruh perlu memikirkan keselamatan diri. Namun di sisi lain, kekhawatiran upah dipotong juga menghantui jika mereka tidak bekerja.

"Ketika memang ini mengancam kehidupan rakyat, pemerintah harus mengambil tindakan cepat untuk antisipasi korban berjatuhan termasuk kepada kaum buruh, dan jangan lupa memastikan hak-hak buruh tidak terampas," ujarnya.


Dilema Buruh dan Ojol: Kami Tetap Bekerja di Tengah CoronaKelompok buruh saat aksi May Day di Jakarta. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Ketenagakerjaan Raden Soes Hindharno sehari sebelumnya mengatakan Kemenaker tengah menggodok aturan khusus bagi perusahaan swasta di sektor manufaktur yang bergantung dengan kegiatan produksi di pabrik.

Pasalnya, alat berat di pabrik tak bisa dengan mudah dibawa pulang agar buruh bisa bekerja dari rumah masing-masing.

Pihaknya akan membuat kebijakan yang sama-sama menguntungkan untuk seluruh pihak. Dengan kata lain, perusahaan manufaktur tak rugi jika sejumlah karyawannya bekerja dari rumah.

"Jangan sampai perusahaan merugi, tutup karena tidak berproduksi. Terus masih harus bayar karyawan. Makanya ini masih digodok dulu khusus untuk perusahaan yang memproduksi itu," jelas Soes kepada CNNIndonesia.com, Senin (16/3).

Ojol Tetap Mengaspal

Lain buruh, lain pula para pengemudi ojek online (ojol). Mereka malah khawatir jika pemerintah menerapkan kebijakan lockdown atau penutupan akses wilayah terdampak virus corona.

Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono saat dihubungi CNNIndonesia.com secara terpisah mengatakan imbauan Jokowi soal beraktivitas di rumah saja berpengaruh pada pendapatan mereka yang mulai berkurang.

"Work from Home (WFH) yang disarankan oleh pemerintah memang mengakibatkan menurunnya jumlah penumpang kami, apalagi jika terjadi lockdown," kata Igun.


Menurut dia, jika kebijakan lockdown diterapkan, maka ojol yang akan terkena dampak signifikan dalam mencari nafkah.

"Kami yang sehari-hari mengandalkan order dari pelanggan, baik penumpang, order pesanan makanan maupun kiriman barang terbatas (jika
diterapkan)," jelasnya.

Dilema Buruh dan Ojol: Kami Tetap Bekerja di Tengah CoronaPengemudi ojek online. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Igun menyadari, wabah virus corona bukan hal sepele. Pihaknya juga telah mengantisipasi penularan kepada para pengemudi ojol maupun pengguna.

Di antaranya, ia mengimbau agar pengguna ojol mulai membawa helm SNI pribadi. Ini demi mencegah penularan wabah virus tersebut.

Selain itu, Garda juga telah menyiapkan protokol kesehatan ojol untuk mengantisipasi penyebaran virus corona.

Terdapat 15 poin dalam protokol tersebut, yakni; pengendara ojol diminta menggunakan masker kesehatan/bedah ataupun masker seri N-95, pengendara ojol diminta mengupayakan penggunaan helm SNI berpenutup wajah, menggunakan sarung tangan bersih, menggunakan atribut lengkap tertutup.

Kemudian, menutupi bagian leher dengan buff atau syal, menggunakan sepatu tertutup dan kaos kaki, pengendara ojol juga diminta membawa hand sanitizer dan sabun cair antiseptik.


Protokol itu juga meminta agar pengendara ojol menyiapkan disinfektan untuk mencuci atribut dan perlengkapan lain, atribut ojol tidak langsung masuk ke dalam rumah dan lebih dulu dicuci dengan disinfektan. Berikutnya, para pengendara ojol juga diminta mengupayakan meminum vitamin untuk menambah imunitas.

Selanjutnya, pengendara ojol juga diminta menjaga kebersihan makanan dan minuman yang sehat, rajin cuci tangan dengan sabun cair mengandung antiseptik, menghindari kontak dengan terduga Covid-19, menyiapkan plastik atau kantong khusus untuk menyimpan uang kertas atau logam, dan segera cek kesehatan jika mengalami gejala flu dan batuk.

[Gambas:Video CNN] (dmi/pmg)

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia | Berita Terkini Nasional https://ift.tt/38VYxCs
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Dilema Buruh dan Ojol: Antara Asap Dapur dan Risiko Corona"

Post a Comment

Powered by Blogger.