"Kalau ada yang bilang TIM akan hilang, itu kurang tepat. TIM akan menjadi ikon, ini akan menjadi sangat instagramable kedua setelah Velodrome [Rawamangun, Jakarta Timur]," kata Dwi, Senin (25/11) seperti dilansir Antara.
Instagramable adalah istilah yang disematkan kepada tempat yang menarik jika dijadikan latar belakang untuk foto yang akan dibagikan ke media sosial.
Lebih lanjut Dwi mengatakan selain mengedepankan konsep ramah lingkungan, Jakpro juga tidak akan menghilangkan area- area yang saat ini sudah ada atau kawasan eksisting.
"Bahkan toko buku Pak Yos tidak akan kita gusur, kita modernisasikan. Kita sudah ketemu beliau, beliau sangat senang sekali," klaim Dwi.
"Pasti banyak yang mikir, tarifnya untuk pentas akan jadi lebih mahal. Saya tahu makanya itulah yang harus didiskusikan. Ini adalah bentuk nyata memberdayakan kesenian," ujar Dwi.
Jakpro Akui Tak Kuasai Materi Kesenian
Selain itu, Dwi mengaku pihaknya tidak menguasai bidang kesenian seperti yang dilakukan para seniman.
Pernyataan itu diungkapkannya menanggapi pernyataan para seniman TIM yang mengatakan pihak pengembang yang ditunjuk Pemprov tidak mengerti kesenian.
"Kami tidak akan mengelola ranah seninya seolah-olah semua dikuasai Jakpro, kami sadar Jakpro tidak punya kemampuan untuk itu,"kata Dwi.
Dwi menjelaskan tugasnya dalam pengembang revitalisasi kawasan TIM hanya sebagai pengelola untuk sarana dan prasarana di pusat kesenian itu.
"Kami hanya bagian kecilnya, sebagai Satuan Pelaksana Sarana dan Prasarana. Itu pun mungkin hanya sebagian yang dikelola oleh Jakpro. Kami tidak masuk ke ranah kesenian, ataupun promosi dan pemasaran seni," ujar Dwi.
Jakpro sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI ditunjuk langsung Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI sebagai pihak yang bertanggung jawab merevitalisasi TIM hingga perawatannya pascarevitalisasi selama 28 tahun.
Nantinya pascarevitalisasi selesai, Jakpro mengusulkan agar urusan infrastruktur dan pengelolaan gedung dilakukan pihaknya sedangkan untuk kesenian dan promosi dilakukan Dewan Kesenian Jakarta bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI.
"Jadi Jakpro hanya mengelola infrastrukturnya," kata Dwi.
Salah satu sudut suasana Taman Ismail Marzuki (TIM) yang belum terkena proyek revitalisasi. 25 November 2019. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Diketahui para seniman TIM menolak adanya pembangunan hotel dalam revitalisasi kawasan pusat kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang akan dikelola PT Jakarta Propertindo (Jakpro).
"Kami bukannya menolak revitalisasi TIM, yang kami tolak pembangunan hotelnya. Itu kan tidak sesuai dengan citra TIM sebagai art center," kata salah satu seniman TIM Arie F Batubara.
Para seniman TIM menilai dengan adanya hotel yang direncanakan berbintang lima itu maka lambat laun orientasi kawasan budaya akan tergerus menjadi kawasan komersial.
Sementara itu, soal pembangunan hotel tersebut, Dwi menjelaskan revitalisasi TIM yang dikerjakan Jakpro dan masuk ke dalam kegiatan strategis daerah DKI diketahui menggunakan anggaran sebesar Rp1,8 triliun.
[Gambas:Video CNN]
Oleh karena itu, Jakpro menghadirkan hotel berbintang lima yang nantinya dinamakan Wisma TIM. Dwi mengatakan hotel tersebut bakal menjadi fondasi bagi pemasukan tetap dalam mengembalikan modal APBD yang digunakan untuk revitalisasi.
Ruang Terbuka Hijau dalam revitalisasi TIM ini juga diperbanyak dari 11 persen menjadi 27,2 persen dan direncanakan dapat menghubungkan secara langsung antara pusat kesenian itu dengan akses Jalan Cikini Raya.
(Antara/kid)from CNN Indonesia https://ift.tt/2OMYaSm
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "TIM Disebut Akan Jadi Tempat Ikonik Instagramable"
Post a Comment