Search

Cerita Nyaman dan Saling Dukung Pasien Corona di Wisma Atlet

Jakarta, CNN Indonesia -- Sabtu (18/4) malam lalu, bisa dibilang menjadi babak baru buat Juno (bukan nama sebenarnya). Ia berinisiatif 'menyerahkan diri' ke Wisma Atlet Kemayoran lantaran hasil swab menunjukkan dirinya positif terinfeksi virus corona (Covid-19).

Ia mengingat, beberapa petugas berjaga di depan wilayah yang dijadikan lokasi karantina, observasi dan isolasi pasien Covid-19 tersebut. Juno yang hanya berjalan kaki itu pun mencuri perhatian petugas.

"Mereka kaget, kok ada orang jalan kaki ke situ," kata Juno kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon.


"Mau ngapain?" kata Juno melanjutkan cerita seraya menirukan suara petugas.

"[Lalu saya jawab] Saya positif, Pak. Saya mau berobat," kata dia lagi sembari mengingat suasana malam itu. Ia lantas dipersilakan masuk ke rumah sakit darurat untuk penanganan corona tersebut.

Ia kemudian dirawat di isolasi di Wisma Atlet karena terinfeksi corona.


Juno menuturkan, kedatangannya ke di Wisma Atlet tersebut bermula dari keluhan batuk pada pertengahan Maret lalu. Kala itu, ia memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit swasta di Jakarta Selatan. Ia hanya diberi obat oleh dokter.

Tapi, ia merasa obat tersebut tak berdampak pada keluhannya. Cek lagi dan diberi obat lagi, malah timbul efek samping yakni batuk yang kian parah. Setelah dirujuk ke dokter spesialis paru, pengecekan thorax menunjukkan terdapat flek di paru.

Namun saat itu ia kembali hanya diberi obat. Baru ketika kondisi tak kunjung membaik, Juno menjalani rawat inap selama 10 hari pada 27 Maret - 5 April 2020.

Dalam masa perawatan itu ia dites swab corona. Hasilnya ia positif terinfeksi virus corona.

Cerita Nyaman dan Saling Dukung Pasien Corona di Wisma AtletKawasan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat. (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Tapi meski positif, bukan rujukan ke rumah sakit rujukan corona yang didapatnya. Dokter malah hanya menyarankan untuk isolasi mandiri.

"Karena kata dia, percuma juga rumah sakit di sana pasti penuh dan kewalahan," ujarnya.


Namun tak lama rasa bingung bercampur khawatir itu menemukan titik terang lewat interaksinya dengan salah seorang pengikut di Twitter. Ia berkata, pengikut yang berprofesi sebagai dokter rumah sakit rujukan tersebut malah bingung, kenapa Juno justru diperbolehkan pulang padahal hasil tes swab belum keluar.

"Saya pun ke Wisma Atlet bermodal hasil di tes itu, ada dokumen lain berupa hard copy yaitu resume medis, foto rontgen, dan riwayat obat-obatan," katanya.

Wisma Atlet seperti Apartemen

Membandingkan Wisma Atlet dulu dan kini, jelas berbeda. Saat ini kawasan tersebut menjadi tempat orang berjibaku dengan virus corona. Sulit membayangkan jika harus tinggal di sana untuk beberapa waktu dan, kadang tanpa kepastian kapan bisa pulang.

Akan tetapi, Juno justru menganggap akan lebih baik jika dirawat di Wisma Atlet.

Saat tiba di sana, petugas mengecek kelengkapan dokumen. Juno juga menjalani pemeriksaan kondisi kesehatan. Pada hari yang sama, ia pun langsung dikarantina. Meski baru semalam, Juno merasa lebih nyaman ketika dikarantina di Wisma Atlet.

"Ranjang [rumah sakit] juga enggak nyaman kan. Di sini enak, lebih bagus dari apartemen saya yang dulu," katanya sambil tertawa.

Corona dan Inisiatif Juno 'Menyerahkan Diri' ke Wisma AtletFoto: CNN Indonesia/Hesti Rika

Juno bercerita, ruangan yang ia tempati cukup besar, lengkap dengan kamar mandi. Kondisi kamar mandi saat pertama kali datang memang kotor. Tapi ia mengaku sudah siap dengan amunisi lengkap seperti sabun pencuci piring, detergen, sabut pencuci, panci listrik, tisu, speaker, kipas angin mini, lazy pod sampai makanan ringan.

Pengalaman opname dia jadikan modal untuk menjalani karantina. Sementara anggota keluarga, kata dia, malah mendukung dia menjalani karantina di Wisma Atlet.

"Ibu saya dari kemarin sudah minta, cuma enggak ada pegangan kuat karena pasti dipulangin," kata dia.

Satu lantai di Wisma Atlet, merawat sekitar 50 pasien dengan hanya ditangani oleh dua orang suster. Alhasil, para pasien pun berinisiatif membuat grup Whatsapp untuk mempermudah komunikasi. Melalui grup ini pula tercipta obrolan, gelak tawa, hingga curhat sesama pasien.


Karena tak ada yang boleh menjenguk, jelas sudah, rindu pada keluarga atau orang-orang terdekat amatlah dirasakan para pasien.

"Ada yang kangen keluarga, ada yang ngebanyol. Saya ngikutin saja. Ada yang ngajak berjemur di roof top, ya ayo semua pada naik jam 9," cerita dia semringah.

Rasa cemas tak lagi sebesar saat ia belum masuk Wisma Atlet. Semua tinggal mengikuti prosedur yang ada dan menanti kesembuhan. Bagi Juno, cemas dan was-was datangnya justru bukan dari media sosial atau pemberitaan, melainkan lebih kepada apa yang dia rasakan.

"Kalau pemberitaan-pemberitaan di media-media saya malah suka karena menambah info," kata Juno.

Melalui percakapan via telepon ini, suara Juno terlihat biasa seperti orang sehat. Hanya sesekali terdengar batuk kecil di seberang telepon.

Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat sedianya adalah kampung atlet tempat para olahragawan saat Asian Games 2018 lalu tinggal. Namun kini tempat tersebut disulap untuk jadi rumah sakit darurat saat pandemi corona. Wisma Atlet kini menampung pasien positif corona untuk menjalani perawatan dan isolasi. (els/NMA)

[Gambas:Video CNN]

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia | Berita Terkini Nasional https://ift.tt/2Kfaklp
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

Related Posts :

0 Response to "Cerita Nyaman dan Saling Dukung Pasien Corona di Wisma Atlet"

Post a Comment

Powered by Blogger.