Di halaman eks Gedung Kodim, terlihat para pencari suaka sibuk melakukan aktivitas rutin harian yang tak terkait dengan hari raya kurban. Ada yang bermain bola, ada yang sedang tidur di tenda, bahkan ada yang hanya duduk-duduk di trotoar jalan.
"Kami di sini cuma makan, minum tidur, makan minum tidur, tidak ada banyak aktivitas. Tahun ini juga tidak mendapatkan kurban, " kata seorang pencari suaka asal Afghanistan, Sajjad, saat ditemui CNNIndonesia.com, di eks Gedung Kodim Kalideres, Jakarta Barat, Minggu (11/9).
Mereka lalu dipindahkan ke bekas Gedung Kodim di bilangan Jakarta Barat. Jumlah mereka kini mencapai 1.150 orang. Meski sudah tidak menempati emperan jalan, para pencari suaka tetap mendapat penolakan dari warga sekitar.
Sajjad sendiri mengaku sudah lima tahun berada di Indonesia. Dia meninggalkan Afghanistan karena ingin menghindari perang yang tak kunjung usai.
Selama di Indonesia, Sajjad pun kerap berpindah tempat tinggal. Mulai dari mengontrak rumah di Bogor, tenda dan aspal Kebon Sirih, hingga tenda & aspal Kalideres.
"Tahun lalu saya masih di Bogor, uang habis kemudian saya ke Kalideres dua bulan, kemudian di Kebon Sirih dua minggu," kata Sajjad.
Kehadiran para pencari suaka itu mendapat penolakan terbuka dari warga sekitar, khususnya oleh warga Kompleks Daan Mogot Baru. Beberapa spanduk penolakan terlihat di beberapa rumah warga, bahkan dipasang pulang di sekitar eks Gedung Kodim.
"Kita tidak punya masalah dengan mereka, jadi untuk apa kita ganggu. Kita itu tak berdaya, dan Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (UNHCR) mau kami tinggal di sini," ujarnya.
Anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kartiwan atau Iwan mengatakan bahwa para pencari suaka memang tidak diberikan jatah daging kurban oleh masjid-masjid sekitar. Iwan memang akrab dengan para imigran dari Afghanistan, Pakistan, Irak, Iran, Somalia, dan Sudan tersebut.
"Kalau pun ada daging kurban pasti langsung dikirim ke dapur umum yang memasak untuk para imigran. Tidak mungkin juga memasak di gedung penampungan," kata Iwan.
CNNIndonesia.com berusaha mencari panitia kurban di sekitar eks Gedung Kodim tersebut. Tak sampai 1 Km, CNNIndonesia menemui salah satu panitia kurban dari Musholla Jamiatul Huda, yang bernama Adi.
"Bukan kita tidak mau ke sana (penampungan para pencari suaka), di sini saja sudah hampir tidak mencukupi 400 kupon, di sini saja banyak juga yang tidak dapat," katanya.
Andi mengaku masih ada sisa 20 kg daging. Akan tetapi, pihaknya belum memberikan jatah daging kepada warga yang berkurban. Ia juga takut terjadi keributan apabila pihaknya memberikan daging kurban hanya sedikit.
Foto: CNN Indonesia/Aria Ananda
Para pencari suaka di eks Gedung Kodim bilangan Kalideres, Jakarta Barat. |
Alih-alih mendapatkan daging kurban, para imigran malah terlihat sibuk meminta jatah logistik berupa susu hingga roti kepada penjaga tempat penampungan. Mereka seolah tidak lagi berharap diberikan daging kurban.
Salah satu penjaga tempat penampungan yang mengurus distribusi logistik adalah Ketua Organisasi Selaras dan Peduli Kasih (Selasih), Ratih Novitasari.
Ia mengaku sulit mendistribusikan bantuan karena banyak pencari suaka yang terkesan tak sabar ketika tahu ada bantuan datang. Walhasil, bantuan jadi tidak diterima secara merata.
Sajjad mengamini bahwa dirinya dan para pencari suaka lain kerap tidak sabar dalam mengantre pemberian bantuan makanan. Bahkan kerap terjadi perselisihan.
Faktor keterbatasan ruang tempat tinggal menjadi salah satu faktor. Mereka tidak nyaman terlalu lama tinggal berhimpit-himpitan.
"Mereka tidak bisa sabar. Mereka yang tidak sabar ini telah lama sekali tinggal di Indonesia, jadi ada masalah mental. Mereka tidak bisa sabar dan toleransi. Jadi mereka emosional. Sehingga sering bergesekan dan teriak-teriak," ujarnya.
"Tidak ada aktivitas berarti dan punya tempat terbatas. Tentu mereka stres dan mereka pikir masa depan mereka," lanjutnya. (jnp/sur)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2N5NzDd
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Nasib Pencari Suaka, Ditolak Warga, Tak Dapat Daging Kurban"
Post a Comment