Pernyataan Ridwan tersebut menuai polemik. Pihak yang tidak berterima dengan argumen Ridwan berencana melaporkannya ke polisi.
Ridwan mengklaim pernyataannya ini bukan tanpa dasar. Ia mengatakan telah mempelajari prasasti-prasasti sejarah di Indonesia termasuk prasasti Kedukan Bukit yang menjadi peninggalan tertua tentang Kerajaan Sriwijaya.
Selain itu ada tiga prasasti lain yang menjadi dasar para peneliti sejarah maupun arkeolog mengenai keberadaan kerajaan yang berlokasi di Palembang, Sumatera Selatan itu, yakni prasasti Talang Igo, Talang Tuwo, dan Bukit Kapur. Namun menurut Ridwan keempat prasasti itu tak membuktikan keberadaan Kerajaan Sriwijaya.
"Keempat prasasti itu sama sekali tidak mendukung klaim mereka atas keberadaan Sriwijaya," ujar Ridwan kepada CNNIndonesia.com.
Menurut Ridwan, para peneliti itu salah memahami aksara atau bahasa dalam prasasti. Aksara dalam prasasti itu disebut Ridwan berbahasa Armenia, bahasa yang digunakan sebagian ras atau bangsa Arya.Para peneliti mengartikan aksara dalam prasasti itu tentang kejatuhan Kerajaan Sriwijaya. Padahal prasasti itu menjelaskan tentang kepercayaan monoteisme di Palembang, sebelum berdirinya Kerajaan Palembang abad ke-8.
Ridwan mengaku meneliti isi prasasti-prasasti tersebut karena sejak lama telah mempelajari bahasa-bahasa kuno. Penjelasan tentang prasasti ini juga telah dituangkan dalam bukunya yang berjudul 'Rekonstruksi Sejarah Indonesia'.
"Saya sudah mempelajari prasasti-prasasti di Indonesia. Sudah saya bukukan, judulnya Rekonstruksi Sejarah Indonesia," tuturnya.
Diketahui Ketua Yayasan Tandipulau Erwan Suryanegara bakal melaporkan Ridwan dan akun Macan Idealis ke polisi terkait pendapat Kerajaan Sriwijaya fiktif dan hanya sekumpulan bajak laut.Erwan mengatakan sejarah dan bukti keberadaan Kerayaan Sriwijaya sudah dikaji baik secara lokal, nasional, maupun masyarakat internasional. Bukti artefaktual arkeologis berupa arca, prasasti, serta candi pun sudah membuktikan adanya kerajaan tersebut.
Erwan menilai pernyataan yang disampaikan Ridwan di dalam kanal Youtube yang dikelola oleh Vasco Ruseimy tersebut dinilai tidak berlandaskan fakta sejarah.
Dosen sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri), Sumatera Selatan, Farida Wargadalem menilai Ridwan Saidi ngawur soal Kerajaan Sriwijaya palsu dan fiktif.
"Jelas ngawur, sebuah temuan harus diuji oleh forum ilmuwan sebidang agar ada pengakuan, tidak bisa asal berpendapat," kata Farida dikutip dari Antara, Rabu (28/8).
Farida yang juga Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Sumsel ini menganggap Ridwan tidak memiliki kapasitas untuk berpendapat mengenai keabsahan Kerajaan Sriwijaya. Sebab Ridwan bukan orang yang ahli dalam bidang sejarah, khususnya sejarah Sumatera Selatan tersebut.
"Apakah setiap pendapat orang yang tidak jelas keahliannya menjadi sebuah pembenaran? Jika demikian maka tutup saja perguruan tinggi atau kajian-kajian khusus bidang sejarah," kata Farida.
Sementara arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel, Retno Purwati menegaskan Kerajaan Sriwijaya memiliki bukti peninggalan berupa 22 prasasti di Palembang. Salah satunya yang masih dapat dilihat yakni Prasasti Kedukan Bukit.
Dia menambahkan, Sriwijaya sebagai kerajaan besar maritim memang sering pindah-pindah pusat pemerintahannya.
"Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim terbesar yang berpindah-pindah, bukan berbentuk sebuah negara seperti yang banyak orang bayangkan dan sering membuat orang 'ngawur' saat mengatakan Sriwijaya itu tidak ada," demikian Retno.
Sebelumnya Ridwan dalam dua video di kanal Youtube menyebut Kerajaan Siriwjaya adalah fiktif dan cuma sekelompok bajak laut.
Kedua video yang berisi pernyataan Ridwan Saidi tersebut diunggah oleh akun Macan Idealis. Video pertama berdurasi 15 menit diunggah pada 23 Agustus 2019 dan telah ditonton sebanyak 222.284 kali, sedangkan video kedua berdurasi 20 menit diunggah pada 25 Agustus 2019 dan telah ditonton 81.626 kali.
[Gambas:Video CNN] (psp/osc)
from CNN Indonesia https://ift.tt/2NCX3pB
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Penjelasan Ridwan Saidi soal Kerajaan Sriwijaya Fiktif"
Post a Comment