
Koordinator lapangan aksi demonstrasi KPR di depan Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta Abet Faedhatul mengatakan regulasi ketenagakerjaan yang berlaku saat ini sudah sudah sangat fleksibel dan menguntungkan pengusaha.
Dia menilai upaya pemerintah merevisi UU Ketenagakerjaan tidak lepas dari pengaruh situasi ekonomi politik internasional, di mana terjadi persekongkolan jahat antara kekuatan politik nasional dengan lembaga imperialisme seperti International Monetary Fund (IMF) sebagai lembaga pemberi pinjaman ke negara berkembang dan World Trade Organization (WTO) sebagai lembaga pembuat perjanjian dagang di dunia.
Lewat dua lembaga itulah, lanjutnya, kapitalisme mempengaruhi kebijakan negara untuk mengisap, menjarah, serta menindas rakyat Indonesia.
Turut hadir dalam aksi ini puluhan massa mahasiswa yang tergabung dalam Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI) dan Barisan Masyarakat Indonesia (BMI).
Ketua umum SMI Ade Irawan menyatakan bahwa gerakan mahasiswa sudah sepatutnya mendukung perjuangan buruh untuk menolak revisi UU ketenagakerjaan. Pasalnya, problematika isu ketenagakerjaan merupakan masalah dari pelajar di masa depan.
Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyebut akan mendiskusikan soal revisi UU Ketenagakerjaan kepada semua pihak terkait.
Hal itu sebagai respons dari upaya Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang memberi masukan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait UU Ketenagakerjaan.
"Secara umum kami butuh tingkatkan dan perbaiki ekosistem dari ketenagakerjaan di Indonesia, sehingga investasi bisa lebih bagus untuk mendorong penciptaan lapangan kerja yang juga lebih baik," papar Hanif, Kamis (13/6).
(mts/arh)from CNN Indonesia https://ift.tt/33OcvoF
via IFTTT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Revisi UU Ketenagakerjaan Dinilai Makin Beratkan Buruh"
Post a Comment