Search

Nostalgia PRD Tanpa Reuni Diaspora Aktivis Penggerak Massa

CNN Indonesia | Senin, 29/07/2019 09:13 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Partai Rakyat Demokratik (PRD), yang dikenal kerap memobilisasi massa di era Orde Baru, bertekad menjadi peserta Pemilu 2024 mendatang. Sejumlah misi direncanakan sejak dini.

Ketua Umum PRD Agus Jabo Priyono mengatakan pihaknya segera mengurus segala persiapan agar bisa menjadi kontestan pesta demokrasi lima tahunan.

Sejauh ini, kata Jabo, PRD sudah memiliki struktur kepengurusan di 31 provinsi. Partai yang dicap radikal oleh pemerintah Orde Baru itu pun sudah memiliki struktur kepengurusan hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

"Hanya di Sumatera Barat, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah yang tidak ada kepengurusan PRD," kata Jabo saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (22/7).

Ke depannya, Jabo mengatakan PRD bakal lebih gencar memperkenalkan diri ke khalayak publik. Misalnya, dengan memberikan bantuan hukum kepada rakyat kecil seperti petani dan nelayan serta korban konflik agraria.

Selain itu, PRD juga berupaya mempersiapkan logistik. Hal itu diutarakan Sekjen Dominggus Oktavianus. Biaya besar merupakan syarat nonformal yang harus dimiliki suatu partai untuk meningkatkan popularitas.

"Saya kira itu masih dalam tahap upaya," ucap Dominggus saat ditemui di Kantornya bilangan Tebet, Jakarta, Rabu (24/7).

PRD didirikan pada 15 April 1996 oleh sejumlah mahasiswa dan aktivis di Sleman, Yogyakarta lalu dideklarasikan pada 22 Juli 1996. Ketua Umum dijabat oleh Budiman Sudjatmiko, sementara posisi Sekjen diisi oleh Petrus Haryanto.

PRD memayungi banyak organisasi. Di antaranya Pusat Perjuangan Buruh Indonesia (PPBI), Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi (SMID), Jaringan Kerja Kebudayaan Rakyat (Jaker), dan Serikat Tani Nasional (STN).

Organisasi-organisasi itu eksis terlebih dahulu dibanding PRD. Di antara kelompok tersebut, anggota SMID paling dominan dalam kepengurusan PRD.

Dahulu, PRD sering memberikan bantuan advokasi kepada masyarakat. Selain itu, mobilisasi massa pun kerap dilakukan di berbagai wilayah.

Misalnya, pada 1 Mei 1995, aktivis SMID menggerakkan 400 mahasiswa dari Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah untuk berunjuk rasa di depan kantor Gubernur Jawa Tengah. Kala itu bertepatan dengan hari buruh.

Pada 18 Juli 1995 di Bogor, aktivis PPBI dan SMID mengorganisir 13 ribu buruh untuk menuntut kenaikan upah. Aktivis PPBI Dita Indah Sari, yang kini menjadi kader PKB, ditangkap.

Kemudian, pada 7 Desember 1995 di Solo, PPBI menggerakkan sekitar 14 ribu buruh di pabrik tekstil Sritex. Sekitar 15 anggota PRD ditangkap.

Aktivis PRD menyatakan dukungan kepada Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDI pada pertengahan 1996. Mereka menolak Soeryadi, yang mana merupakan orang pilihan Soeharto.

Hingga kemudian, pecah Kerusuhan 27 Juli (Kudatuli) di Jakarta. PRD dituduh pemerintah sebagai dalang, sehingga banyak pimpinan yang ditangkapi. Namun, PRD tetap menjalankan agendanya di bawah tanah. Mereka tetap mengoordinir aksi secara senyap.

Ketika Orde Baru runtuh, PRD sempat ikut Pemilu 1999. Akan tetapi, mereka hanya memperoleh 0,07 persen suara nasional, sehingga tidak mendapatkan kursi parlemen. Sejak itu, PRD tidak pernah lagi mengikuti kontestasi pemilu.

Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief saat masih aktif sebagai petinggi PRD medio 1990-an silam.Foto: Dok. Istimewa
Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief saat masih aktif sebagai petinggi PRD medio 1990-an silam.
Ketika Soeharto jatuh, sebenarnya banyak pula pengurus inti PRD yang berpindah menjadi kader partai lain.

Di antaranya, Ketua Umum PRD Budiman Sudjatmiko yang menjadi kader PDI Perjuangan, Ketua Umum SMID Andi Arief ikut bersama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hingga menjadi kader Partai demokrat. Kemudian, Ketua SMID Yogyakarta Faisol Reza dan aktivis PPBI Dita Indah Sari bergabung dengan PKB serta aktivis SMID Yogyakarta Subarni Budi Kasih kini menjadi kader NasDem.

Tokoh Lama Mustahil Kembali ke PRD

Mantan Ketua SMID Yogyakarta, onderbouw PRD, Faisol Reza menyambut baik kabar PRD yang bertekad menjadi peserta Pemilu 2024. Dia yakin kader-kader muda mampu menyiapkan segala hal.

"Mereka bisa fokus kok. Partai baru seperti PSI saja bisa. Perindo bisa," tutur Faisol saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin lalu (22/7).

Faisol mengatakan PRD bakal menghadapi sejumlah tantangan. Mereka harus benar-benar fokus menyiapkan diri, karena sudah begitu lama tidak ikut Pemilu. Terakhir, PRD menjadi peserta pemilu pada 1999 atau 20 tahun yang lalu.

Tantangan lain yakni menghapus stigma PRD adalah PKI. Menurut Faisol, hal itu tidak mudah. Terlebih, ulang tahun PRD ke-23 sempat digeruduk FPI di Surabaya pada Senin lalu (22/7).

"Jadi, tidak mudah," ucap Faisol.

Meski mendukung tekad PRD yang ingin menjadi peserta pemilu, Faisol tidak tertarik untuk kembali ke partai lamanya itu. Dia mengatakan kondisi politik sudah berubah. Tak seperti dulu.

Berlanjut ke halaman selanjutnya... (ryn)

1 dari 2

Let's block ads! (Why?)



from CNN Indonesia https://ift.tt/2Kbgv9w
via IFTTT

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Nostalgia PRD Tanpa Reuni Diaspora Aktivis Penggerak Massa"

Post a Comment

Powered by Blogger.